Sabtu, 29 Juni 2013

Kecerdasan Psikologi

Kita nggak pernah tahu kapan kita sukses dan kapan kita gagal. Yang bisa kita lakukan adalah menjalani tiap usaha dengan iklas, fokus, sungguh-sungguh dan selalu mengharap kesuksesan datang dalam usaha kita. Namun seringkali banyak orang menyerah pada kegagalan, padahal mereka nggak pernah tahu sedekat apa kesuksesan dengan usaha kita. Yap kata-kata itu yang selalu dikatakan Thomas Alfa Edison. 

Seperti cerita, seorang musrid SMA bercita-cita menjadi juara di kelasnya, namun sejak pertama ia bukanlah siapa-siapa. Ia cenderung minder sebab merasa tak memiliki kemampuan khusus seperti kawan seangkatannya. Sejak ia divonis selalu berada di peringkat akhir, sejak saat itu pula ia menyerah. Ia berusaha tanpa semangat dan selalu memikirkan kegagalan serta kekecewaannya yang dahulu.

Pada suatu ketika ia ingin mencoba, sebab ia sadar jika ia tah pernah melakukan hal terbaik dalam hidupnya, maka ia akan gagal sama sekali dalam hidupnya. “Lebih baik ambil jalan berliku dan mendaki di bukit terjal, ketimbang harus menempuh jalan yang selalu mulus…” 

Dua tahun berlalu, ia membuktikan dirinya dapat meraih kesuksesan masa SMA-nya dengan prestasi cemerlang. Bahkan setelahnya ia mencoba meraih prestasi dengan masuk ke uUniversitas erbaik di negerinya. Ialah Adam Khoo. Seseorang yang dianggap remeh oleh orang sekitarnya sebab kebodohannya dalam prestasi di sekolah, namun hingga saat ini ia mencapai karir gemilang dan prestisius. Berikut hal yang dapat kita pelajari tentang kecerdasan yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda yang memotivasi diri kita:

a). Kecerdasan Seorang Bayi

seorang bayi rata-rata pernah lebih dari 250 kali jatuh untuk berjalan. Tiap ia terjatuh, ia menangis sesaat bahkan tertawa, lalu ia bangkit lagi. Sebelum kuat untuk berjalan, ia merangkak, merangkak, dan merangkak menghampiri mainan, ayah, ibu atau biskuit kesukaannya. Lalu ia mencoba berdiri dengan berpegang pada tangan  ibunya atau sandaran disekitarnya, kursi atau sofa misalnya. Ia mencoba berdiri, berdiri dan berdiri, kemudian mulai menggerakkan kakinya untuk melangkah dengan langkah kecil. Saat ia berdiri, kadang ia tersenyum bahkan tertawa sendiri sebab ia bangga suatu hari nanti ia dapat berlari mengejar ayah atau ibunya, mungkin kucing kesayangannya.

 Itulah kecerdasan dasar seorang bayi. Meski matanya belum bisa membedakan warna, kakinya belum mampu menapaki jalan raya, mamun jiwanya masih suci sebab belum tersentuh setitik dosa sekalipun ataupun kesalahan. Hakikatnya SEORANG BAYI TIDAK PERNAH PUTUS ASA lantaran ia tak belum bisa berjalan lalu ia ngambek.

Kecerdasan spiritual semacam inilah yang harusnya diajarkan, dipelihara dan dicanangkan hingga dewasa dengan bantuan orang tua sebagai motivator seumur hidup bagi sang bayi kelak. Sayangnya ketika mereka mencapai bangku sekolah, mereka lupa ada hakikat kecerdasan dasar mereka dan lebih mengasah pada kecerdasan intelektual saja. Kecerdasan yang dimaksud adalah semangat jiwa yang tak kenal putus asa dan menyerah.

Lihat pula ketika sang bayi mulai belajar berbicara, ia akan berceloteh agar didengar oleh orang di sekelilingnya. Ia akan mengatakan bahasa apa saja untuk memanggil ayah atau ibunya meski tak jelas. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya, mengalahkan keterbatasan atas belum maksimalnya kerja pendengaran, belum maksimalnya memori otak, dan keterbatasan pandangannya. Lihatlah betapa hebat seorang ibu yang telaten menjadi guru pertama dan pelatih yang hebat, dengan mengulang berulang kali sepatah dua patah kata. Ibu mengajak si bayi berkeliling halaman rumah dan mengenalkan pada si bayi bunga-bunga yang indah, mobil, semut, kupu-kupu dan cicak di dinding, serta berusaha membuat si bayi tertawa sebagai respon pertama otak.

Bayi juga memiliki kecerdasan duplikasi, yakni kecerdasan meniru perkataan dan perilaku orang lain. maka, berilah contoh perilaku baik di depan si bayi. Entah melakukan ibadah, bernyanyi, membaca dan mewarnai. Namun kecerdasan duplikasi bagi seorang pelajar yang tak kenal putus asa adalah rahasia kesuksesan yang utama.

Dalam dunia pendidikan, para pendidik seakan lupa pada kecerdasan emosional, mental, dan spiritual. Dan guru hanya menjadikan nilai dan angka- angka sebagai parameter, sehingga banyak murid yang pintar (secara ntelektual), namun mudah rapuh dengan keputusasaan. Banyak pula siswa pintar, namun mengesampingkan sama sekali nilai kejujuran dan kebaikan. Maka yang sering dicetak pada generasi semacam itu adalah generasi hura- hura, generasi pembunuh, generasi narkoba, generasi free sex dan generasi putus asa dengan memilih bunuh diri sebagai alternatif melupakan masalah. Na’udzubillah.

Fenomena lain juga umum terjadi menjelang kelulusan, dimana konvoi remaja dengan seragam yang dicorat coret, dan balapan liar melanggar lalu lintas. Tak jarang juga berakhir dengan pesara narkoba, miras dan free sex. Segala akibat tersebut ialah produk dari kegagalan pendidikan dalam hal mendidik mental, emosi dan karakter mereka.

Maka, seorang bayi adalah lambang kesucian dan fitrah rabbani. Maka kembalilah seperti bayi dengan jalan taubat dan sukseslah di masa depan.

b). Kecerdasan Thomas A. Edison     

Tahukah anda berapa kali Edison gagal sebelum menemukan bola lampu? Jawabannya sangat fantastis, 10.008 kali.

Edison adalah seorang anak yang memiliki cita- cita untuk menerangi dunia dengan penemuannya. Ia tak pernah menyerah sebelum menerangi dunia. Iapun mendapat begitu banyak cobaan, salah satunya ialah ia menderita tuli pendengaran semasa kanak-kanak, selain itu pabriknya yang sudah dua kali terbakar. Apakah ia lantas menyerah? Tidak.

Betapa hebatnya semangat dan perjuangan seorang Edison. Ia belajar otodidak demi menemukan sebuah bohlam yang sangat sederhana. Tanpa jasanya, kita akan selalu menggunakan obor dan lilin. Maka jangan pernah menyerah sebelum gagal sepuluh ribu kali. Belajarlah seperti Edison.

Ia bukanlah nabi atau raja yang terhormat. Ia hanya manusia biasa dengan kecerdasan natural yang tidak mudah menyerah dan terus mencoba. Namun, formula kesuksesannya ialah try and error.

Tanpa kegigihan, niscaya tiap kegagalan berujung pada keputusasaan !!!

Kegigihan pula yang membuat nama Thomas  A. Edison dikenal oleh seluruh orang di penjuru dunia. Hingga temuannya menjadi shadaqah terbesar dalam sejarah peradaban manusia.

Maka benar pula firman Allah dalam QS Al Mujaadilah [58]: 11, bahwa Allah akan meninggikan derajad orang- orang berilmu. Lihat pula ketika nama Edison tertulis dengan tinta emas bersama fotonya, dan namanya tercetak di buku- buku pelajaran sekolah, di fakultas- fakultas. Bahkan, namanya disejajarkan bersama nama Albert Einstein sebagai tokoh yang berjasa bagi dunia

c). Kecerdasan Laba- laba

Seorang pembelajar mestinya meniru kegigihan dan kesabaran laba- laba. Ketika berada di pohon, ia memintal jarring tipis namun lengket. Ia dengan sabar menunggu mangsa mendekati perangkap dan akan makan bila mendapatkan mangsa. Perangkap milik laba- laba begitu rapuh, ringkih, mudah terkoyak diterpa hujan dan angin lebat. Namun betapa hebat laba- laba selalu memperbarui sarangnya seperti sedia kala. Itulah kegigihan.

          Setelahnya beberapa serangga yang lengah akan mendekat dan terjebak bersama lengketnya benang tipis. Inilah yang membuat laba- laba dapat bertahan hidup berkat kegigihan dan kesabaran yang diberikan Allah padanya. Laba- laba hanya memiliki satu cara dalam berburu, namun manusia memiliki ribuan cara untuk kesuksesan !!!

          Dengan potensi laba- laba yang minimal, prasarana dan sarana terbatas, ternyata laba- laba sukses menyantap serangga hingga kenyang. Hal ini pula yang patut menjadi contoh bagi para pembelajar cerdas. Bahwa keterbatasan dana dan fasilitas bukanah menjadi halangan bagi usaha kita. Ingatlah bahwa semakin minim sarana dan dana, maka seseorang dapat menjadi lebih gigih, kreatif dan inovativ dalam menyiasati tiap kekurangan dalam kehidupannya.

(Rewrited based on the real Book : La Tahzan, Fidi Mahendra)

Jika direnungkan, dulunya orang sukses yang kaya adalah sebatas orang miskin yang ternyata sukses merubah hidupnya. Ia sukses sebab ia tidak menyerah dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.

Misal jika anda terbatas dalam hal penglihatan, maka duduklah di bangku paling depan. Bila anda kurang dalam pelajaran, tanyalah guru atau kakak kelas yang lebih pandai dalam belajar, mungkin mengikuti bimbingan belajar. Bila masih gengsi, berusahalah mengulang dari awal dan perbarui catatan dengan metode mind maping yang rapi dan penuh warna. Jika anda tidak memiliki buku, pergilah dan daftarkan diri sebagai anggota perustakaan. Hal-hal tersebut adalah lima cara manusia untuk dapat sukses.

Yang terpenting, bagaimana usaha kita untuk mengatasi keterbatasan- keterbatasan diri. Jadi, masihkah kita pasrahkan diri kita pada kegagalan sebagai tanda keputusasaan??? Silahkan tanya pada diri anda sendiri.

Dalam buku Half Broken-Half Solid dijelaskan bahwa hidup ini pada dasarnya tak ubahnya sebagai sebuah pertandingan. Setiap peserta (kita) punya satu tujuan : Garis Finish. Kita pasti melakukan usaha jika ingin menang hingga garis ginish. namun, tak jarang kecurangan demi ambisi sebagai pemenang pertama dalam garis finish mengotori langkah dan niat kita. Seharusnya bukan urusan menang atau kalah. Dalam perlombaan hidup untuk segera sampai ke finish, kita dihadapkan pada tantangan dan rintangan. Oleh sebab itu, kerja sama, gotong royong, semangat dan sikap saling mendorong kesuksesan dibutuhkan. Kesabaran dalam menghadapi tantangan juga penting. Hidup ini terlalu sempit jika berpikir hanya untuk menang atau kalah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar