Kita nggak pernah tahu kapan kita
sukses dan kapan kita gagal. Yang bisa kita lakukan adalah menjalani tiap usaha
dengan iklas, fokus, sungguh-sungguh dan selalu mengharap kesuksesan datang
dalam usaha kita. Namun seringkali banyak orang menyerah pada kegagalan,
padahal mereka nggak pernah tahu sedekat apa kesuksesan dengan usaha kita. Yap
kata-kata itu yang selalu dikatakan Thomas Alfa Edison.
Seperti cerita, seorang musrid SMA
bercita-cita menjadi juara di kelasnya, namun sejak pertama ia bukanlah
siapa-siapa. Ia cenderung minder sebab merasa tak memiliki kemampuan khusus
seperti kawan seangkatannya. Sejak ia divonis selalu berada di peringkat akhir,
sejak saat itu pula ia menyerah. Ia berusaha tanpa semangat dan selalu
memikirkan kegagalan serta kekecewaannya yang dahulu.
Pada suatu ketika ia ingin mencoba,
sebab ia sadar jika ia tah pernah melakukan hal terbaik dalam hidupnya, maka ia
akan gagal sama sekali dalam hidupnya. “Lebih baik ambil jalan berliku dan
mendaki di bukit terjal, ketimbang harus menempuh jalan yang selalu
mulus…”
Dua tahun berlalu, ia membuktikan
dirinya dapat meraih kesuksesan masa SMA-nya dengan prestasi cemerlang. Bahkan
setelahnya ia mencoba meraih prestasi dengan masuk ke uUniversitas erbaik di
negerinya. Ialah Adam Khoo. Seseorang yang dianggap remeh oleh orang sekitarnya
sebab kebodohannya dalam prestasi di sekolah, namun hingga saat ini ia mencapai
karir gemilang dan prestisius. Berikut hal yang dapat kita pelajari tentang
kecerdasan yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda yang memotivasi diri kita:
a). Kecerdasan Seorang Bayi
seorang bayi rata-rata pernah lebih
dari 250 kali jatuh untuk berjalan. Tiap ia terjatuh, ia menangis sesaat bahkan
tertawa, lalu ia bangkit lagi. Sebelum kuat untuk berjalan, ia merangkak,
merangkak, dan merangkak menghampiri mainan, ayah, ibu atau biskuit
kesukaannya. Lalu ia mencoba berdiri dengan berpegang pada tangan ibunya
atau sandaran disekitarnya, kursi atau sofa misalnya. Ia mencoba berdiri,
berdiri dan berdiri, kemudian mulai menggerakkan kakinya untuk melangkah dengan
langkah kecil. Saat ia berdiri, kadang ia tersenyum bahkan tertawa sendiri
sebab ia bangga suatu hari nanti ia dapat berlari mengejar ayah atau ibunya,
mungkin kucing kesayangannya.
Itulah kecerdasan dasar
seorang bayi. Meski matanya belum bisa membedakan warna, kakinya belum mampu
menapaki jalan raya, mamun jiwanya masih suci sebab belum tersentuh setitik
dosa sekalipun ataupun kesalahan. Hakikatnya SEORANG BAYI TIDAK PERNAH PUTUS
ASA lantaran ia tak belum bisa berjalan lalu ia ngambek.
Kecerdasan spiritual semacam inilah
yang harusnya diajarkan, dipelihara dan dicanangkan hingga dewasa dengan
bantuan orang tua sebagai motivator seumur hidup bagi sang bayi kelak.
Sayangnya ketika mereka mencapai bangku sekolah, mereka lupa ada hakikat
kecerdasan dasar mereka dan lebih mengasah pada kecerdasan intelektual saja.
Kecerdasan yang dimaksud adalah semangat jiwa yang tak kenal putus asa dan
menyerah.
Lihat pula ketika sang bayi mulai
belajar berbicara, ia akan berceloteh agar didengar oleh orang di sekelilingnya.
Ia akan mengatakan bahasa apa saja untuk memanggil ayah atau ibunya meski tak
jelas. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya, mengalahkan keterbatasan atas belum
maksimalnya kerja pendengaran, belum maksimalnya memori otak, dan keterbatasan
pandangannya. Lihatlah betapa hebat seorang ibu yang telaten menjadi guru
pertama dan pelatih yang hebat, dengan mengulang berulang kali sepatah dua
patah kata. Ibu mengajak si bayi berkeliling halaman rumah dan mengenalkan pada
si bayi bunga-bunga yang indah, mobil, semut, kupu-kupu dan cicak di dinding,
serta berusaha membuat si bayi tertawa sebagai respon pertama otak.
Bayi juga memiliki kecerdasan
duplikasi, yakni kecerdasan meniru perkataan dan perilaku orang lain. maka,
berilah contoh perilaku baik di depan si bayi. Entah melakukan ibadah,
bernyanyi, membaca dan mewarnai. Namun kecerdasan duplikasi bagi seorang
pelajar yang tak kenal putus asa adalah rahasia kesuksesan yang utama.
Dalam dunia pendidikan, para
pendidik seakan lupa pada kecerdasan emosional, mental, dan spiritual. Dan guru
hanya menjadikan nilai dan angka- angka sebagai parameter, sehingga banyak
murid yang pintar (secara ntelektual), namun mudah rapuh dengan keputusasaan.
Banyak pula siswa pintar, namun mengesampingkan sama sekali nilai kejujuran dan
kebaikan. Maka yang sering dicetak pada generasi semacam itu adalah generasi
hura- hura, generasi pembunuh, generasi narkoba, generasi free sex dan
generasi putus asa dengan memilih bunuh diri sebagai alternatif melupakan
masalah. Na’udzubillah.
Fenomena lain juga umum terjadi
menjelang kelulusan, dimana konvoi remaja dengan seragam yang dicorat coret,
dan balapan liar melanggar lalu lintas. Tak jarang juga berakhir dengan pesara
narkoba, miras dan free sex. Segala akibat tersebut ialah produk
dari kegagalan pendidikan dalam hal mendidik mental, emosi dan karakter mereka.
Maka, seorang bayi adalah lambang
kesucian dan fitrah rabbani. Maka kembalilah seperti bayi dengan jalan taubat
dan sukseslah di masa depan.
b). Kecerdasan Thomas A. Edison
Tahukah anda berapa kali Edison
gagal sebelum menemukan bola lampu? Jawabannya sangat fantastis, 10.008 kali.
Edison adalah seorang anak yang
memiliki cita- cita untuk menerangi dunia dengan penemuannya. Ia tak pernah
menyerah sebelum menerangi dunia. Iapun mendapat begitu banyak cobaan, salah
satunya ialah ia menderita tuli pendengaran semasa kanak-kanak, selain itu
pabriknya yang sudah dua kali terbakar. Apakah ia lantas menyerah? Tidak.
Betapa hebatnya semangat dan
perjuangan seorang Edison. Ia belajar otodidak demi menemukan sebuah bohlam
yang sangat sederhana. Tanpa jasanya, kita akan selalu menggunakan obor dan
lilin. Maka jangan pernah menyerah sebelum gagal sepuluh ribu kali. Belajarlah
seperti Edison.
Ia bukanlah nabi atau raja yang
terhormat. Ia hanya manusia biasa dengan kecerdasan natural yang tidak mudah
menyerah dan terus mencoba. Namun, formula kesuksesannya ialah try
and error.
Tanpa kegigihan, niscaya tiap
kegagalan berujung pada keputusasaan !!!
Kegigihan pula yang membuat nama
Thomas A. Edison dikenal oleh seluruh orang di penjuru dunia. Hingga
temuannya menjadi shadaqah terbesar dalam sejarah peradaban manusia.
Maka benar pula firman Allah dalam
QS Al Mujaadilah [58]: 11, bahwa Allah akan meninggikan derajad orang- orang
berilmu. Lihat pula ketika nama Edison tertulis dengan tinta emas bersama
fotonya, dan namanya tercetak di buku- buku pelajaran sekolah, di fakultas-
fakultas. Bahkan, namanya disejajarkan bersama nama Albert Einstein sebagai
tokoh yang berjasa bagi dunia
c). Kecerdasan Laba- laba
Seorang pembelajar mestinya meniru
kegigihan dan kesabaran laba- laba. Ketika berada di pohon, ia memintal jarring
tipis namun lengket. Ia dengan sabar menunggu mangsa mendekati perangkap dan
akan makan bila mendapatkan mangsa. Perangkap milik laba- laba begitu rapuh,
ringkih, mudah terkoyak diterpa hujan dan angin lebat. Namun betapa hebat laba-
laba selalu memperbarui sarangnya seperti sedia kala. Itulah kegigihan.
Setelahnya beberapa serangga yang lengah akan mendekat dan terjebak bersama
lengketnya benang tipis. Inilah yang membuat laba- laba dapat bertahan hidup
berkat kegigihan dan kesabaran yang diberikan Allah padanya. Laba- laba hanya
memiliki satu cara dalam berburu, namun manusia memiliki ribuan cara untuk
kesuksesan !!!
Dengan potensi laba- laba yang minimal, prasarana dan sarana terbatas, ternyata
laba- laba sukses menyantap serangga hingga kenyang. Hal ini pula yang patut
menjadi contoh bagi para pembelajar cerdas. Bahwa keterbatasan dana dan
fasilitas bukanah menjadi halangan bagi usaha kita. Ingatlah bahwa semakin
minim sarana dan dana, maka seseorang dapat menjadi lebih gigih, kreatif dan
inovativ dalam menyiasati tiap kekurangan dalam kehidupannya.
(Rewrited based on the real Book :
La Tahzan, Fidi Mahendra)
Jika direnungkan, dulunya orang
sukses yang kaya adalah sebatas orang miskin yang ternyata sukses merubah
hidupnya. Ia sukses sebab ia tidak menyerah dengan segala kekurangan yang ada
pada dirinya.
Misal jika anda terbatas dalam hal
penglihatan, maka duduklah di bangku paling depan. Bila anda kurang dalam
pelajaran, tanyalah guru atau kakak kelas yang lebih pandai dalam belajar,
mungkin mengikuti bimbingan belajar. Bila masih gengsi, berusahalah mengulang
dari awal dan perbarui catatan dengan metode mind maping yang
rapi dan penuh warna. Jika anda tidak memiliki buku, pergilah dan daftarkan
diri sebagai anggota perustakaan. Hal-hal tersebut adalah lima cara manusia
untuk dapat sukses.
Yang terpenting, bagaimana usaha
kita untuk mengatasi keterbatasan- keterbatasan diri. Jadi, masihkah kita
pasrahkan diri kita pada kegagalan sebagai tanda keputusasaan??? Silahkan tanya
pada diri anda sendiri.
Dalam
buku Half Broken-Half Solid dijelaskan bahwa hidup ini pada dasarnya tak
ubahnya sebagai sebuah pertandingan. Setiap peserta (kita) punya satu tujuan :
Garis Finish. Kita pasti melakukan usaha jika ingin menang hingga garis ginish.
namun, tak jarang kecurangan demi ambisi sebagai pemenang pertama dalam garis finish
mengotori langkah dan niat kita. Seharusnya bukan urusan menang atau kalah.
Dalam perlombaan hidup untuk segera sampai ke finish, kita dihadapkan pada
tantangan dan rintangan. Oleh sebab itu, kerja sama, gotong royong, semangat
dan sikap saling mendorong kesuksesan dibutuhkan. Kesabaran dalam menghadapi
tantangan juga penting. Hidup ini terlalu sempit jika berpikir hanya untuk
menang atau kalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar