Sabtu, 29 Juni 2013

Emosi Positif

Prof. Martin Seligman

Prof. Martin Seligman saat menjabat Ketua Asosiasi Psikologi Amerika pernah ditanya oleh CNN.
“Could you tell us about psychology state today?”
Tapi karena CNN adalah media yang sangat sibuk, maka waktu yang diberikan untuk menjawab sangat terbatas. Prof Seligman diberi menjawab hanya dengan satu kata.
“Good!” Begitu jawab profesor.

Lalu, nampaknya ga mungkin kalo cuma jawab segitu pendeknya.
“Cut.. Cut.. Kami harus memberi Anda waktu lebih banyak..” (Crew CNN)
Oke, berapa kata yang saya boleh ucapkan? (Tanya Prof Seligman)
“Dua.” (Sahut crew CNN)

Maka Sang profesor tersenyum setelah ditanya pertanyaan yang sama..
What is the state of psychology today?
Dengan alis diangkat, beliau menjawab : “Not Good!”


Dari jawaban beliau seolah tersirat bahwa Good dan Not Good itu jaraknya dekat.

Dalam Psikologi semua itu rasanya jadi dekat dan mirip-mirip.
Bahkan Good dan Not Good.

Dunia Psikologi era sekarang membalikkan diri menjadi Psikologi Positif.
50 tahun psikologi berpusat tentang bagaimana menyembuhkan penyakit kejiwaan.
Bicara tentang ketidaknormalan dan kekurangan manusia.
Tapi lebih dari 10 tahun terakhir, Psikologi Positif lebih menyorot pada bagaimana membuat manusia bisa hidup dengan lebih utuh, membicarakan keistimewaan manusia, kesehatan mental, dll.

Mungkin ibarat kedokteran, tak lagi fokus hanya pada penyembuhan penyakit.
Tapi juga tentang bagaimana masyarakat bisa hidup secara lebih sehat.
Meningkatkan, menjaga kesehatan dengan baik sehingga bisa support semua aktivitas hingga optimal.

Salah satu kunci umum psikologi positif adalah memang emosi positif.

Psikologi positif dimulai dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya emosi positif.
Apa aja yang itu membahagiakan.
Berinteraksi dengan keluarga, jalan-jalan, berkarya, berkerja, sampai bahkan mengicipi makanan atau sebatang rokok bagi perokok.

Emosi positif, segala hal yang kita seneng karenanya.
Tapi psikologi positif ga berhenti sampai disini aja.

Seperti kelezatan es krim vanila, kadangkala sampai jilatan ke 10 kita ga begitu lagi peduli sama rasanya.
Ga seperti saat pertama kali mencicip.
Emosi positif pun demikian.

Tinggal di rumah mewah itu menyenangkan dan mendatangkan emosi positif, pada awalnya.
Namun lama kelamaan, akan menjadi menurun, biasa saja dan hilang.

Maka muncul point kedua yaitu menikmati.
Kita harus sadar betul apa yang sedang terjadi, dan mari menikmati.
Sadarilah kita sedang berinteraksi dengan orang yang kita sayangi (keluarga), maka sadarlah dan nikmatilah. Jangan sampai kita kehilangan rasa akan sesuatu yang sebelumnya membuat kita bahagia.
Maka emosi positif perlu dijaga dengan dinikmati.

Setelah dinikmati apakah selesai segalanya dan bertahan lama?
Belum cukup. Ada satu lagi, yaitu : memaknai.
Hal yang kita nikmati itu perlu dimaknai.
Dan sebaik-baik pemaknaan adalah yang memiliki dampak bagi orang banyak.
Emosi positif dikunci dengan dimaknai.

Jadi begitulah…
Psikologi positif adalah emosi positif yang dinikmati juga dimaknai.

Kayaknya udah banyak hal yang membuat kita bisa berbahagia.
Bagai sebuah siklus, dalam syukur, kita dikelilingi emosi yang sungguh positif.
Hanya saja ga banyak yang benar-benar kita nikmati atau maknai lebih jauh.

Emosi positif ga sekonyong-konyong bisa jadi psikologi positif, dear..
Butuh effort memang, keluasan dalam pikiran dan perasaan.

Atas kehidupan dan Tuhan yang sedemikian baiknya.
Maka nikmat emosi positif manakah yang berani engkau ingkari?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar